Dengan bahasa manusia dapat bercanda
Dengan bahasa manusia dapat menderita
Dengan bahasa manusia dapat mengadu domba
Dengan bahasa manusia dapat tersanjung
Dengan bahasa manusia dapat tersinggung
Dengan bahasa manusia dapat terlindung
Dengan bahasa manusia dapat bergantung
Dengan bahasa manusia dapat memuji
Dengan bahasa manusia dapat berjanji
Dengan bahasa manusia dapat berseni
Dengan bahasa manusia dapat introspeksi
Dengan bahasa manusia dapat bersumpah
Dengan bahasa manusia dapat memfitnah
Dengan bahasa manusia dapat membantah
Dengan bahasa manusia dapat berkhotbah
Dengan bahasa manusia dapat bersedih
Dengan bahasa manusia dapat merintih
Dengan bahasa manusia dapat marah
Dengan bahasa manusia dapat berkeluh kesah
Dengan bahasa manusia dapat memuji kepada-Nya
Dengan bahasa manusia dapat mengadu kepada-Nya
Dengan bahasa manusia dapat berserah diri kepada-Nya
Dengan bahasa manusia dapat mohon ampun kepada-Nya
BUANG AGUS - SMANSA, APRIL 2001
Ketika tim PenulisLepas.com rajin menyelenggarakan pelatihan penulisan bertajuk Cara Dahsyat Menjadi
Penulis Hebat, ada beberapa teman sesama penulis yang memberikan kritik. Bila saya ceritakan semuanya, tentu akan sangat panjang. Tapi intinya, mereka mengatakan bahwa saya belum layak mengadakan pelatihan seperti ini, sebab – menurut mereka – saya belum menjadi penulis hebat.
Memang, jika penulis hebat diartikan sebagai orang yang sudah menerbitkan puluhan atau ratusan buku, atau orang yang buku-bukunya selalu best seller, atau orang yang tulisannya sering mendapat penghargaan, maka saya – setidaknya pada saat naskah ini ditulis – masih sangat jauh dari kualifikasi seperti ini.
Sejujurnya, saya juga kagum pada penulis-penulis yang memiliki prestasi luar biasa seperti itu. Andrea Hirata, Habiburrahman El Shirazy, Dewi Lestari dan Raditya Dika adalah beberapa contoh penulis yang telah menerbitkan buku-buku best seller tingkat nasional. Asma Nadia sangat produktif menulis, dan sebagian besar bukunya digemari oleh jutaan orang. Helvy Tiana Rosa dan Gola Gong bukan hanya sukses sebagai penulis, tapi juga terbukti andal sebagai pemimpin organisasi kepenulisan. Ali Muakhir pernah dianugerahi Rekor Muri sebagai penulis paling produktif di Indonesia. Fahri Asiza – juga pernah mendapat anugerah yang sama seperti Ali Muakhir - bisa menulis satu novel hanya dalam waktu empat hari!
Mereka semua adalah penulis hebat. Tapi menurut saya, kehebatan mereka bukan karena prestasi-prestasi yang luar biasa tersebut. Semua prestasi seperti itu hanyalah akibat.
“Lho, maksudnya gimana?”
Saya akan menjelaskannya dengan ilustrasi berikut.
Bila ada penulis yang minderan, malas-malasan dalam menulis, gampang menyerah, mungkinkah dia sanggup menerbitkan ratusan buku seperti Ali Muakhir? Mungkinkah dia menjadi pendiri organisasi penulis seperti Helvy Tiana Rosa? Mungkinkah dia menulis novel sebagus Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata? Tentu saja, jawabannya tidak mungkin.
Artinya, di balik sosok penulis yang telah menghasilkan ratusan buku, buku-bukunya selalu best seller, tulisannya sering memenangkan lomba atau mendapat penghargaan tingkat nasional bahkan internasional, pasti tersimpan sosok pribadi yang tangguh, disiplin, percaya diri, dan optimis dalam meraih sukses.
Inilah konsep penulis hebat yang saya usung pada buku terbaru saya, Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat (CDMPH).
Penulis hebat merujuk pada hal-hal yang bersifat soft skill, seperti motivasi, rasa percaya diri, optimisme, dan semangat luar biasa untuk meraih predikat sebagai penulis sukses. Bila seorang penulis sudah memenuhi kualifikasi seperti ini, maka prestasi-prestasi luar biasa seperti yang dicantumkan di atas, insya Allah akan dengan sangat mudah diraih!
Dengan kata lain, prestasi-prestasi yang sudah dicapai oleh para penulis sukses seperti Helvy Tiana Rosa, Andrea Hirata, Habiburrahman El Shirazy, Dewi Lestari, Hernowo, Seno Gumira Ajidarma, Raditya Dika, dan lain-lain, merupakan konsekuensi logis dari karakter mereka sebagai penulis hebat. Itulah sebabnya di atas saya menyebut prestasi-prestasi tersebut sebagai akibat belaka.
Dengan demikian, sangat penting bagi kita untuk membedakan:
Penulis Sukses vs Penulis Hebat
Penulis Sukses merujuk pada hal-hal yang bersifat output, seperti “menulis ratusan buku dalam satu tahun”, “menghasilkan buku-buku yang best seller”, “berkali-kali memenangkan lomba penulisan”, dan seterusnya (silahkan baca pula definisi sukses pada buku CDMPH, tepatnya bab “Sukses vs Bahagia”).
Penulis Hebat merujuk pada hal-hal yang bersifat soft skill, seperti rasa percaya diri, motivasi yang tinggi, semangat yang tak pernah padam, pantang menyerah walau banyak kendala yang dihadapi, dan sebagainya.
Dalam bahasa yang lebih sederhana:
Penulis sukses adalah akibat dari penulis hebat. Penulis sukses pasti berawal dari penulis hebat. Bila Anda bukan penulis hebat, atau bila Anda punya masalah dalam hal motivasi, rasa percaya diri, semangat juang untuk meraih sukses, dan seterusnya, maka jangan harap Anda bisa menjadi penulis sukses!
Sementara bila sudah memiliki soft skill yang sangat baik, maka Anda sudah layak disebut penulis hebat, walau belum ada satu orang pun di dunia ini yang mengakui eksistensi Anda sebagai penulis!
Dalam bahasa yang gamblang, saya bisa menyebutkan:
KUNCI UTAMA Setiap Sukses Terletak pada Kekuatan Mental (alias soft skill), BUKAN Keahlian Teknis!
Sumber Klik
Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki keragaman etnik dan budaya. Salah satu di antaranya adalah keragaman bahasa dan sastra. Keragaman bahasa dan sastra di Indonesia sungguh menjadi kekayaan yang tidak ternilai harganya. Peta Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia (2008) yang baru menggambarkan keragaman bahasa di sekitar 80% wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mengidentifikasi tidak kurang dari 442 bahasa daerah di Indonesia. Jumlah itu tentu akan bertambah apabila wilayah yang belum diteliti itu berhasil dipetakan secara utuh.
Bertolak dari keragaman itu, bangsa Indonesia menjadi lebih paham akan arti persatuan. Meskipun beragam-ragam latar bahasanya, bangsa Indonesia terhubung satu sama lain melalui bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Meskipun penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia cenderung tergusur oleh pemakaian bahasa asing, bahasa Indonesia masih tetap memegang fungsinya sebagai sarana komunikasi yang menyatukan bangsa Indonesia. Yang diperlukan sekarang adalah bagaimana mengelola kekayaan itu agar dapat dimaksimalkan manfaatnya untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Seirama dengan dinamika bahasa Indonesia itu, sastra di Indonesia juga membentuk dinamika tersendiri yang pada akhirnya dapat mencuatkan nilai keragaman budaya Indonesia yang membentuk jati diri dan karakter bangsa Indonesia.
Kesuksesan penyelenggaraan Tahun Bahasa 2008 dan penyelenggaraan Bulan Bahasa pada tahun-tahun yang lalu mencerminkan seberapa tinggi perhatian masyarakat terhadap upaya pengelolaan masalah kebahasaan di Indonesia. Walaupun belum maksimal, pengutamaan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional tampaknya telah menjadi kepentingan bersama. Dengan penyelenggaraan Bulan Bahasa dan Sastra setiap tahun, Pusat Bahasa selain berupaya membina dan mengembangkan Bahasa dan Sastra Indonesia, juga bertekad memelihara semangat dan peran serta masyarakat luas dalam menangani masalah bahasa dan sastra itu.
Dalam rangka itu, Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional akan menyelenggarakan Bulan Bahasa dan Sastra 2010 dengan memperluas cakupan program. Sesuai dengan kenyataan bahwa media komunikasi sudah begitu canggih dan bahasa Indonesia juga dipelajari di banyak negara, mulai tahun 2009 Bulan Bahasa dan Sastra juga melibatkan peserta BIPA dari berbagai negara dan para pengguna media yang canggih itu.
Tema
Bulan Bahasa dan Sastra 2010 ini diselenggarakan dengan tema “Pembentukan Karakter Bangsa melalui Peningkatan Kualitas Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah”.
Partisipan
Bulan Bahasa dan Sastra 2010 melibatkan masyarakat luas, tidak hanya siswa, mahasiswa, guru, dan dosen, tetapi juga peserta program BIPA yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia serta masyarakat umum. Beberapa kegiatan diadakan untuk ajang berkarya atau berekspresi, beberapa kegiatan yang lain dirancang untuk memberikan penghargaan.
Kegiatan
Bulan Bahasa dan Sastra 2010 akan mengangkat kegiatan pokok yang berupa lomba, sayembara, festival, penghargaan, pementasan, dan layanan.
Antara Lain:
1. Sayembara Penulisan Proposal Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan
2. Sayembara Penulisan Esai Sastra
3. Sayembara Penulisan Naskah Drama
4. Sayembara Penulisan Cerita Rakyat
5. Sayembara Penulisan Cerpen Remaja
6. Sayembara Cipta Puisi Remaja
7. Lomba Pembuatan Blog Kebahasaan dan Kesastraan
8. Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI)
9. Parade Mural Kebahasaan dan Kesastraan
10. Penilaian Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Massa
11. Bengkel Sastra
12. Pentas Sastra
13. Festival Musikalisasi Puisi
14. Kuis Tiara Bahasa
15. Debat Bahasa
16. Duta Bahasa
17. Layanan dan Pameran Kebahasaan
18. Lomba Keterampilan Berbahasa Indonesia bagi Peserta BIPA
Puncak Acara
Puncak peringatan Bulan Bahasa dan Sastra 2010 akan dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2010. Pada acara itu akan dilaksanakan penyerahan hadiah, pementasan, dan persembahan karya kreatif kebahasaan dan kesastraan.
Informasi Lengkap
Informasi lengkap setiap kegiatan dapat dibaca dalam edaran khusus kegiatan itu. Informasi juga dapat diperoleh di balai/kantor bahasa terdekat atau panitia pusat dengan alamat berikut.